Latar
Belakang
Manusia merupakan makhluk tuhan yang tertinggi dan paling beradab dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. sebagai makhluk hidup,tumbuh-tumbuhan juga tumbuh berkembang namun iya tidak dapat perpindah tempat,mempunyai emosi,atau berinteraksi langsung dengan pihak lain yang memberikan suatu aksi atau tindakan pada dirinya. selain itu Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena memiliki akal dan budi. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri dan saling bergantung satu sama lain. Manusia dan kebudayaan memiliki ikatan yang tidak dapat di pisahkan di dalam kehidupan. Manusia menciptakan kebudayaannya sendiri dan melestarikannya secara turun temurun. Kebudayaan tercipta berdasarkan kejadian dan kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-harinya yang di alami.Gagasan atau pikiran manusia merupakan wujud kebudayaan yang bersifat abstrak dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya. Bila warga masyarakat tadi menyatakan gagasan mereka dalam tulisan, maka kebudayaan tersebut berupa karangan dan buku-buku karya warga masyarakat yang menulisnya. Manusia menciptakan kebudayaan dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan akan mengatur hidup manusia. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat membedakan mana yang terlebih dulu muncul antara manusia dan kebudayaan.
Bab I
Pendahuluan
Kehidupan
manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia
sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia
dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan seimbang. Selain
itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik
bentuk yang dimiliki.
Manusia
juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal
dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak, antara kewajiban dan
yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan
harmonis dan seimbang. Agar norma-norma tersebut berjalan haruslah manusia di
didik dengan berkesinambungan.
Pendidikan
sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya
kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi
terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi
manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan
demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan
menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula
pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena
kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
Bab II
Pembahasan
Pengertian
Manusia
Secara
bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu.
Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu
lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal
(geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia
merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis,
menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana
timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk
membedakan (sense of discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat
hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari
lingkungan.
Oleh
karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri,
hal ini dapat dilihat pada gambar siklus hubungan manusia dengan lingkungan
sebagai berikut:
Siklus
Hubungan Manusia
Gambar
di atas menggambarkan bahwa lingkungan dan manusia atau manusia dan lingkungan
merupakan hal yang tak terpisahkan sebagai ekosistem, yang dapat dibedakan
mejadi:
-
Lingkungan alam yang befungsi sebagai sumber daya alam
-
Lingkungan manusia yang berfungsi sebagai sumber daya manusia
-
Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai sumber daya buatan
Kebutuhan
manusia
Perbedaan
Manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia mempunyai akal budi yang
merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami.Manusia dengan akal
budinya mampu memperbaruhi dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
Menurut
A.Maslow, Kebutuhan hidup manusia dibagi menjadi 5 tingkatan :
1.
Kebutuhan fisiologis ( physiological needs)
Pada
tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik
(kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh
kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini
dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam
keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan
kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia
tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu.
Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah
kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
2.
Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan ( safety dan security needs)
Jenis
kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas,
perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari
rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena adanya kebutuhan inilah maka
manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan,
membuat sistem, asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya
dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan
terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa
terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang
makin negatif.
3.
Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setelah
kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk
dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). [Setiap orang ingin
mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia
ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin setia kawan dan butuh
kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin
punya "akar" dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian
dalam sebuahkeluarga, sebuah kampung, suatu marga, dll. Setiap orang yang
tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak
sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang tidak berharga.
Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
4.
Kebutuhan Harga Diri
Di
sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul
kebutuhan akan harga diri (esteem needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga
diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan
akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan,
dianggap penting dan apresiasi dari orang lain. Orang-orang yang terpenuhi
kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak
tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk
selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self
actualization).
5.Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun
secara hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak
terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus
asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri,
kehilangan selera dan sebagainya.
Manusia Sebagai Satu Kepribadian Mengandung Tiga Unsur
· ID,
kepribadian yang primitive dan tidak nampak yang merupakan libido murni
· EGO, kepribadian eksekutif yang peranannya dalam menghubungkan energi ID
dalam saluran social yang dapat dimengerti orang lain.
· SUPER EGO, muncul sekitar umur 5 tahun; ID dan EGO berkembang secara
internal dalam diri individu; super ego terbentuk dari lingkungan eksternal yang merupakan kesatuan
standar-standar moral
Hakikat Manusia
· Makhluk ciptaan TUHAN yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu-
kesatuan utuh
· Makhluk ciptaan TUHAN yang sempurna, disbanding makhluk yang lain,
missal:· EGO, kepribadian eksekutif yang peranannya dalam menghubungkan energi ID
dalam saluran social yang dapat dimengerti orang lain.
· SUPER EGO, muncul sekitar umur 5 tahun; ID dan EGO berkembang secara
internal dalam diri individu; super ego terbentuk dari lingkungan eksternal yang merupakan kesatuan
standar-standar moral
Hakikat Manusia
· Makhluk ciptaan TUHAN yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu-
kesatuan utuh
· Makhluk ciptaan TUHAN yang sempurna, disbanding makhluk yang lain,
1. Perasaan Intelektual Perasaan Diri
2. Perasaan Estetis Perasaan Sosial
3. Perasaan Etis Perasaan Religius
· Makhluk
biokultural, ya’ni makhluk hayati yang budayawi
· Makhluk ciptaan TUHAN yang mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja
dan berkarya.
· Makhluk ciptaan TUHAN yang mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja
dan berkarya.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana
juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat
rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung
pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti
"individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan
alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
· Gagasan
(Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
· Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul denganmanusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnyakonkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul denganmanusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnyakonkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
· Artefak
(karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Selain
itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu :
1.
wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud
pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran
masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup;
2.
aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas
aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul
satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu
berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret;
3. Wujud
fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat.
BUDAYA
SEBAGAI SISTEM GAGASAN
Budaya
sebagai sistem gagasan yang sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau di foto,
karena berada di dalam alam pikiran atau perkataan seseorang. Terkecuali bila
gagasan itu dituliskan dalam karangan buku.
Budaya
sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap dan
berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya
berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang
kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap prilaku manusia berikutnya
yang kita sebut sebagai nilai budaya.
Jadi,
nilai budaya adalah “gagasan” yang menjadi sumber sikap dan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sosial budaya. Nilai budaya dapat kita lihat, kita
rasakan dalam sistem kemasyarakatan atau sistem kekerabatan yang diwujudkan
dalam bentuk adat istiadat. Hal ini akan lebih nyata kita lihat dalam hubungan
antara manusia sebagai individu lainnya maupun dengan kelompok dan
lingkungannya.
PERWUJUDAN
KEBUDAYAAN
JJ.
Hogman dalam bukunya “The World of Man” membagi budaya dalam tiga wujud
yaitu: ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku
“Pengantar Antropologi” menggolongkan wujud budaya menjadi:
a.
Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya.
b.
Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat
c.
Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan
penggolongan wujud budaya di atas kita dapat mengelompokkan budaya menjadi dua,
yaitu: Budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret.
Budaya
yang Bersifat Abstrak
Budaya
yang bersifat abstrak ini letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya
terwujud dalam ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan
cita-cita. Jadi budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari
kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi cita-cita atau harapan bagi
manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan.
Budaya
yang Bersifat konkret
Wujud
budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas
manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau
diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan
fisik, yang terdiri atas:perilaku, bahasa dan materi.
a.
Perilaku
Perilaku
adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap
perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern
of behavior) masyarakatnya.
b.
Bahasa
Bahasa
adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan
ditangkap dengan telinga (auditory). Ralp Linton mengatakan salah satu sebab
paling penting dalam memperlambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti
sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir
dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan
ada.
c.
Materi
Budaya
materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi
misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat
produksi, dan alat transportasi.
Unsur-unsur
materi dalam budaya dapat diklasifikasikan dari yang kecil hingga ke yang besar
adalah sebagai berikut:
1.
Items, adalah unsur yang paling kecil dalam budaya.
2.
Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
3.
Kompleks budaya, gabungan dari beberapa items dan trait
4.
Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.
Gabungan
dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya menyeluruh
(culture universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut dapat
melalui discovery (penemuan atau usaha yang disengaja untuk menemukan
hal-hal baru).
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Dari
penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
untuk mengelola bumi. . Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya,
harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta
akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling
bersinergi, sebagaimana dilukiskan dalam bagan berikut:
Hommes
mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain
tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi
tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat
budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena
perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat
asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh
masyarakat penerimanya.
Disinilah
peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk
dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah melalui alam
ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan
yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap
kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan
norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kebudayaan
adalah salah satu istilah teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara umum,
kebudayaan diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dari pembahasan diatas kami dapat
simpulkan bahwa manusia berhubungan erat dengan kebudayaan yang ada pada
lingkungan sekitarnya. Karena kebudayaan tersebut merupakan cara beradaptasi
untuk mengatur hubungan antar manusia sebagai wadah masyarakat menuju taraf
hidup tertentu. Kebudayaan berpengaruh dalam membentuk pribadi seseorang
sehingga mengharuskan manusia untuk mengikuti norma-norma yang ada pada budaya
tersebut. Dengan demikian, budaya patokan cara hidup manusia di tempat dia
berada. Selain itu dalam kebudayaan mengajarkan tentang keimanan.
Saran
Kita sebagai mahluk berbudaya semestinya melestarikan budaya yang kita punya,
jangan sampai budaya yang kita punya tidak kita lestarikan dan sampai punah.
Tugas kita sebagai generasi penerus bangsa adalah untuk melestarikan dan
mempertahankan budaya asli bangsa kita di dalam globalisasi yang semakin meluas
saat ini. Terbuka terhadap budaya asing bukan berarti menerima dan mengikuti
budaya asing lalu melupakan budaya asli tanah air.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://newarr.weebly.com/ibd-bab-2-manusia-dan-budaya.html
Rossiana Wulandari,Hubungan Manusia dengan Budaya, 27 september 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar